Lintas-Enam.com, Mamasa – Kecamatan Nosu adalah kecamatan tertinggi di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, yang berada pada ketinggian sekitar 2.573 MDPL.
Wilayahnya dikelilingi perbukitan dan hutan lebat serta memiliki suhu udara yang cukup dingin, yakni mencapai 7 derajat celsius.
Mayoritas masyarakat Nosu menanam kopi, padi, alpukat, terung belanda, markisa, jambu, tanaman holtikultura, dan tanaman lainnya.
Kecamatan Nosu juga merupakan bagian dari suku toraja yang memiliki ragam adat dan budaya.
Pada dasarnya masyakarat di Nosu sangat menghormati leluhurnya, kendati sudah meninggal.
Sebabnya, di Nosu terdapat satu tradisi unik turun-temurun yang masih dipertahankan hingga saat ini. Masyarakat Nosu menyebutnya Mangngaro.
Mangngaro merupakan upacara kematian (rambu solo’) ritual adat yang telah berakar dalam penganut aluk tomatua (kepercayaan masyarakat lokal), sebagai kelanjutan dan kesempurnaan upacara pemakaman.
Upacara ini dianggap kewajiban bagi manusia yang masih hidup untuk menghormati, dan mengasihi jasad leluhur.
Ritual adat ini dilakukan sekali dalam setahun, yakni di bulan Agustus.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Nosu, di bulan inilah momen yang paling tepat.
Di samping menyaksikan ritual adat mangngaro, pengunjung juga bisa merasakan sensasi suhu dingin, sembari menikmati pesona keindahan alam, sajian hasil bumi yang beragam.
Masyarakat Nosu mayoritas menganut agama kristen. Namun masyarakat memahami dan memaknai bahwa mangngaro adalah budaya yang harus dilestarikan.