Berita  

Jerit dan Tangis Honorer di Mamasa, 20 Tahun Mengabdi Tak Kunjung jadi PNS

Dedi Demmatande, saat menyampaikan aspirasinya di DPRD Mamasa

Jerit dan Tangis Honorer di Mamasa, 20 Tahun Mengabdi Tak Kunjung jadi PNS

Lintas-Enam.com, Mamasa – Bening mata berkaca, nada sendu terdengar seolah tak mampu berkata.

“Saya adalah honorer yang mengabdi di Kabupaten Mamasa sejak tahun 2005,” ucap Dedi Demmatande, dengan isak tangis memecah riuh demonstran.

Dedi Demmatande adalah pria berumur hampir paruh baya. Sosok honorer yang aktif menyuarakan kegelisahan ribuan rekan seprofesinya.

Aksi unjuk rasa ratusan elemen masyarakat di Mamasa dua hari terakhir, sejak Rabu hingga Kamis tadi, tak ia lewatkan.

Dedi pun ikut bergabung menyampaikan jerit tangis sebagai seorang honorer, meski sebenarnya aksi itu didominasi aparat dan kepala desa.

Baca Juga:  Nyatakan Komitmen Berantas Kejahatan di Luwu Utara, Kapolres : Laporkan, Segera Kami Tindak

Rapat dengar pendapat yang diagendakan DPRD Mamasa bersama Pemerintah Daerah, dimanfaatkan Dedi menyampaikan kegundahan hatinya sebagai honorer.

Di ruang yang megah bak singgasana, di kantor DPRD Mamasa, Dedi menyampaikan jeritannya sebagai seorang abdi negara yang seolah tak dihargai.

Di penghujung tahun 2024 lalu, pemerintah memberi peluang bagi dirinya untuk jadi ASN lewat rekrutmen PPPK.

Sayangnya, cita-cita sebagai abdi negara yang bisa mendapatkan jaminan hidup, harus terhenti lagi. Ia tidak lulus.

Sebagai honorer yang berstatus kategori dua (K2), sebenarnya Dedi masih punya peluang menjadi aparatur negara.

Ada kebijakan pemerintah yang mengisyaratkan honorer K2 yang tidak lulus pada rekrutmen yang disebut R2, dijadikan sebagai PPPK paruh waktu.

Baca Juga:  Hadiri Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kantor Baznas Sulbar, Bahtiar: Ini Hari Spesial

Besar harapan Dedi, mereka yang yang dinyatakan R2, dapat diangkat jadi PPPK penuh waktu bukan paruh waktu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *